Alkisah

Bangga menjadi warga nusantara
Bangga punya negeri yang disebut Indonesia
Negeri kaya yang elok bumi dan lautnya
Negeri khatulistiwa yang makmur nan subur
Negeri pada zaman Majapahit, tersohor namanya sampai ke Cina
Gemah ripah loh jinawi

Namun, itu cerita zaman dulu kala
Cerita usang yang tak lagi ada

Kini, desa subur tak ada lagi
Oh, lupa! Ada desa subur, subur berlumur lumpur
Tentrem kerto raharjo? Tak lagi terasa
Negeri kaya raya? Hanya dongeng pengantar tidur
Dongeng, yang dimana – mana berawalan “Alkisah”

Ayolah putra bangsa
Gotong royonglah, bangun Indonesia
Karena ku masih percaya, seperti anak kecil
Bahwa dongeng – dongeng berawalan “Alkisah” adalah kisah nyata

Deja Vu

Begitu sederhana,
begitu dewasa,
begitu pandai membawa diri,
begitu menenangkan,
begitu halus,
begitu menghargai,
begitu berbeda

Itulah dia. Ya, dia.
Dia yang kini telah tiada
Dia yang sudah dibawa pergi oleh waktu
Dia yang sangat kurindu

Sampai kemarin, kutemukan seorang yang mirip dia
Seorang yang sederhana, dewasa, pandai membawa diri, menenangkan, halus, menghargai, dan berbeda
Siapakah orang itu? Saudaranya? Kembarannya? Atau bayangnya?

Entahlah, aku Deja Vu

Moonlight Sonata / Sonata Terang Bulan

Suatu malam di musim semi
Musim semi di kala terang bulan muncul
Rumah pantai itu kosong melompong
Angin pantai terbang membawa ombak yang berdebur
Membuat tirai rumah itu tersingkap berkibar - kibar

Tiba - tiba terdengar denting dari dalam rumah
Denting piano yang sudah lama tak ku dengar
Denting Moonlight Sonata

Sebuah sonata indah yang berpadu dengan cerahnya terang bulan
Terasa begitu serasi
Serasi karena Moonlight Sonata adalah bulan itu sendiri
Sonata yang terdengar lirih namun menenangkan jiwa
Sonata yang terangkai oleh rumitnya tangga nada C# minor
Sonata yang mengingatkan kenangan dan impian masa lampau
Persis seperti judul belakangnya, Quasi una Fantasia
Hampir menyerupai fantasi!

Menikmati Indahnya Diam

15 Januari 2010

Dear Sobat,
    Apa kabarmu? Senang rasanya bisa berkirim surat kembali setelah sekian lama. Sebelumnya kuucapkan terimakasih atas dukunganmu selama ini.
    Yah, cobaan hidup memang berat. Tapi, yang bisa kulakukan sekarang adalah mencoba menikmati. Ya, menikmati indahnya diam.
    Kata siapa diam itu membosankan? Ternyata banyak hal dapat dengan efektif kita lakukan jika kita diam. Maukah kau mencoba diam? Cobalah untuk satu jam. Pergilah ke sungai di hutan sebelah.
    Aku telah melakukannya. Pejamkan matamu, rasakan damainya aliran sungai. Riangnya kicau burung di pohon. Uniknya gemerisik rumput yang dilangkahi marmut yang berkejaran.
    Sudah ya, aku harus minum obat dulu. Oh ya, terkadang aku masih seakan - akan merasakan besi yang menancap di tenggorokanku itu. Menyebalkan.
    Balas segera ya!

Sobatmu,

Si Bisu

Amigos Para Siempre

Lihat dan tatap mataku
Ingatlah semua kenangan yang kita lalui
Suka dan duka yang kita alami
Ku tahu kau, kau tahu aku

Adalah sebuah kata
Ya, tak perlu diucap
Kata - kata untukmu

Amigos Para Siempre
Kita teman selamanya
El Mejor Amigo
Kaulah sahabat terbaikku !

Meski kita terpisah jarak dan waktu
Tetaplah rasakan erat dan hangatnya tali persahabatan ini
Tak hanya sekarang, ataupun besok, tapi selamanya !

Amigos Para Siempre !

Waktu

Siapakah wahai manusia tahu mengapa ia dilahirkan?
Siapakah wahai manusia tahu kapan ia ‘dijemput’?
Siapakah wahai manusia tahu bilamana dunia fana ini berakhir?

Hanyalah waktu yang punya jawabnya, kawan
Waktulah pengatur abadi dari semesta ini
Waktulah sebagaimana cinta, tak terbagi dan tiada kenal ruang

Janganlah menentang waktu, kawan
Angin bertiup ke utara, kemudian ke selatan, kembali ke utara
Musim beralih dari semi, panas, gugur, dan dingin
Seperti sedialah dibuatnya

Karena hidup ini sebenarnya sia sia, kawan
Nikmatilah hidup ini
Sebelum diketuk Palu Waktu bagimu!
Sebelum terbuka Materai akhir zaman ini!
Sebelum bertiup Sangkakala bagi dunia fana!

Campur Aduk

Semua bercampur...
Asam Laktat telah menumpuk di otot kakiku
Pikiran suntuk, mata telah redup

Kerumunan lampu merah di depanku dan kerumunan lampu putih di seberangku tampak seperti bendera Indonesia
Semua bergerak merayap tanpa harap
Menghabiskan tetes demi tetes liter bensin di tangki mereka

Ah, rese’ memang!
Macet!

Dengan Muka Yang Merah Padam (Tolong Aku!)

Ah...
Wajah itu lagi
Menatapku lekat
Dengan muka yang merah padam

Tolong aku!
Singkirkan muka itu!
Singkirkan muka itu dari sini!

Tolong aku!
______________
Terdedikasi untuk : Yang menatapku
Dengan muka
Merah Padam

Hermafroditus

Alkisah,
Hermafroditus terlahir dari Dewa Hermes dan Dewi Aphrodite
Parasnya sangatlah tampan
Ia pun suka berkelana, ke Lykia, dan ke Karia
Malang sungguh nasibnya di hutan Karia
Ketika ia sedang mandi, Naiad Salmakis datang dan memeluknya
Hermafroditus meronta ronta mencoba melepaskan diri
Namun sungguh mau dikata, Salmakis telah berpanjat doa
Tubuh mereka pun bersatu dan ia menjadi berkelamin ganda
Dengan malu Hermafroditus keluar dari kolam, dan mengutuk siapapun yang masuk ke sana, akan bernasib sama dengannya
Malang sungguh nasibmu, Hermafroditus...

Belajar Berterima kasih

Belajarlah berterima kasih mulai dari hal yang kecil..
Terima kasih masih bisa bangun hari ini
Terima kasih untuk sepatu yang masih dapat dikenakan
Terima kasih untuk sepiring nasi hangat untuk sarapan
Terima kasih untuk mobil yang bisa dipakai mengantar sekolah
Terima kasih untuk bangku sekolah yang masih tersisa
Terima kasih untuk pelajaran Fisika yang sulit
Terima kasih untuk sahabat sahabat yang setia
Terima kasih untuk guru guru yang mengabdi
Terima kasih untuk sekolah yang layak untuk belajar
Terima kasih untuk kedua orangtua yang menyayangi
Terima kasih untuk pengalaman pengalaman hidup
Terima kasih untuk segala mimpi, harapan, dan cita cita
Terima kasih untuk bangsa dan negara
Terima kasih atas diri ini
Terima kasih Tuhan

P.S : Berterima kasih untuk hal kecil, agar bisa menjadi yang besar

Namaku CINTA

Pernahkah melihat kawanmu berubah 180 derajat melihat lawan jenisnya?
Itulah ulahku..

Akulah cinta, yang membuatmu ingin selalu ada dekatnya
Yang membuat orang bersusah mendefinisikanku
Yang linguistiknya baik, membuat puisi tentangku...
Yang musikalitasnya tinggi, mengarang melodi - melodi indah...
Yang filsafat, putar otak buat teori - teori filsuf tentang aku...
Satu sisi, aku menguntungkan
Lihatlah tema film, iklan, dongeng, tak jauh dariku
Akupun dapat berbagi dengan siapa saja
Pengemis miskin sampai pengusaha kaya
Anak sekolah sampai kakek nenek
Lihatlah dunia denganku, begitu berwarna
Tapi, kadang aku merugikan
Sudah berapa orang bunuh diri karena aku?
Berapa jenis penyimpangan terjadi karena aku?
Permusuhan, pertikaian, banyak yang mengatasnamakan aku
Ah, repot.

Untuk Seseorang Yang Pernah Kusebut Dia Sahabat

Mungkin..Hari itu bukan hari yang tepat..
Mungkin..Kala itu bukan waktu yang tepat..
Mungkin..Jika maut menjemput, hanya penyesalan terucap

Sahabat,
Tak pernah ku ingin membencimu
Tak maksud ku menyusahkanmu
Tak niat ku melupakanmu

Ingatlah kala dulu kawan,
Ketika kegagalan itu menerpamu
Siapakah pribadi temanimu semalam suntuk?
Aku, kawan, AKU!

Ingatlah kala dulu kawan,
Ketika orang – orang cemoohmu terus
Siapakah pribadi belamu menerus?
Aku, kawan, AKU!

Jika memang sudah usai, sobat, ijinkan ku ucap terimakasih padamu, pernah menoreh dalam suatu lembar hidupku

Ekspektasi Yang Menentang Realita

Terjebak..
Kuterjebak di sini..
Dimensi apakah ini?
Semua terasa lambat..dan sia sia..

Berlari..
Kuberlari mengejarmu..
Kencang..cepat kurasa..
Tapi ku tak bisa keluar dari sini..

Ruang..Waktu..Terasa hampa..
Kau jauh di depanku..Tak terkejar..

Tak layak..
Ku tak layak jadi sedikitpun darimu..

Rendah..
Rendah sungguh ku untuk dirimu..

Kuterjebak..
Terjebak di sini..
Di dalam sebuah EKSPEKTASI YANG MENENTANG REALITA

Cinta

Apa yang terekam dalam suatu kenangan?
Nama tempat..
Nama teman..
Waktu..
Rasa..
Asa..
Suasana..
Tapi, dari semua rasa itu..
Ada satu, yang tak 'kan hilang..
Yaitu CINTA.
Tempat bisa usang oleh usia,
Rasa, Asa, Suasana?
Buyar oleh euforia..
Tapi cinta tak mengenal dimensi waktu..
Cinta sejati akan selalu ada..

Jalan Bebas Hambatan

Kutekan pedal gas mobilku dengan bersemangat
Kubuang karcis dari gerbang Tol Cikampek yang baru saja kubayar
Malam itu jalan tol terlihat lengang
Tak terasa sudah sampai 150 km/jam
Raungan mesin, emosi, dan jiwa muda berpadu dalam dimensi waktu
Tiba – tiba, kulihat kerumunan lampu rem berwarna merah
Inikah jalan bebas hambatan?
Ah, tak sempat kuberpikir, kuinjak pedal rem sekuatnya
Decitan terdengar dari keempat ban
***
Inikah jalan bebas hambatan?
Ah, tak kupeduli
Kini aku sudah benar – benar di jalan bebas hambatan
Melayang, terbang...
***
Inikah jalan bebas hambatan?
Ya, aku telah ada di jalan bebas hambatan
Bebas hambatan menuju ke akhirat.

Didedikasikan untuk pengemudi yang hobi ngebut

Rise From Death *LOL*

udah lama nggak ngeblog, gw mau episode baru blog ini dimulai dengan rangkaian 15 puisi gw..


sebenerny puisi" ini gw buat karena hukuman nggak bikin bku harian BI..tp biarlah..hahah gw publish..