Namaku Bodhi, Cita – citaku ... Mati

Judul Buku : Supernova – Akar

Pengarang : Dewi Lestari

Penerbit : TrueDee Books

Tahun Terbit : 2003

Cetakan : Ke-2 (April 2003)

Jumlah Halaman : xiv + 210 halaman

Akhirnya, Dewi Lestari, yang akrab dipanggil Dee, meluncurkan episode kedua dari Trilogi Novel Supernova karyanya. Dalam cetakan kedua ini, lambang Omkara (lambang Brahmana dalam Hindu) yang sebelumnya terdapat di tengah cover Akar telah dihilangkan. Alasannya adalah mengundang kontroversi pada kalangan umat Hindu. Novel ini terdiri dari tiga keping/bab, yang di dalamnya terdapat subbab yang digambarkan dengan bola tasbih bertuliskan angka dalam Bahasa Mandarin.

Akar dibuka dengan cerita Gio pada keping 34 dengan mengambil setting di Bolivia. Pada bagian awal, bahasanya sedikit berat dengan berbagai majas di sana – sini, sehingga perlu daya apresiasi visual yang tinggi untuk dapat memahaminya. Semakin ke dalam, cerita semakin menarik. Banyak percakapan dalam bahasa asing yang menarik. Setting tempat dan suasanapun tergambar sempurna. Lucunya, cerita Gio menggantung ketika ia akan pergi untuk mencari Diva Anastasia, pacarnya yang hilang.

Keping 35 (yang berhubungan dengan keping 36) mengambil porsi yang paling banyak dalam novel ini. Memuat kisah hidup Bodhi, tokoh utama yang merupakan penyiar radio gelap dan penganut punk yang “bersih”, tidak memakai narkoba dan tidak melakukan free sex.

Kisah Bodhi dimulai ketika ia ditemukan oleh Guru Liong di bawah pohon Asam dekat kuil pada saat masih bayi. Bodhi tidak tahu siapa orangtuanya dan kapan ia dilahirkan. Dibesarkan dalam kehidupan kuil, menuntutnya berkembang menjadi pribadi yang cekatan. Semakin bertumbuh, Bodhi menyadari ia mempunyai semacam kemampuan khusus. Kemudian ia keluar kuil, berpisah dengan gurunya, untuk mencari arti kesejatian yang sebenarnya. Bodhi bertualang ke Belawan, lalu ke Penang. Dimana ia menemukan sesama backpacker, Tristan Sanders. Petualangannya berlanjut ke Thailand, dimana ia bertemu Kell, yang mengajarkan Bodhi menjadi tukang tato. Di sana ia juga bertemu dengan Star, wanita cantik yang hampir merenggut keperjakaannya.

Dari Thailand, ia melanjutkan petualangannya ke Laos. Bodhi bertemu Georgy, seorang sahabat Bob Marley, yang memberinya uang untuk melanjutkan perjalanannya. Ketika ia sampai di Local 13, tempat pemetikan opium dan mariyuana, ia kembali bertemu Tristan yang sudah menjadi getsul (calon bhikku). Merekapun bekerja bersama – sama. Setelah itu ia melanjutkan perjalanan kembali ke Kamboja untuk mencari Kell dengan disupiri Dieth. Di tengah jalan ia disergap Khmer dan kabur. Ketika di hutan, ia bertemu Epona, perempuan penjinak ranjau yang ternyata kenal dengan Kell. Semuanya berlanjut sampai Kell tewas karena kena ranjau. Kemudian Bodhi kembali ke Indonesia dan ternyata Guru Liong pun telah meninggal. Bodhi menyimpan abu hasil kremasi Kell dan Guru Liong dalam tabung yang menjadi liontin kalungnya.

Akar ditutup dengan keping 36 yang pada akhirnya ketika Bodhi sedang browsing di warnet, ia menemukan file di komputer bernama Akar. File itu berisi surat entah untuk siapa, yang mana Bodhi merasa surat tersebut ditujukan untuknya.

Semua peristiwa dituturkan Dee dengan baik dan detail, mulai dari latar tempat, waktu, sampai suasananya. Dengan teknik flashback campuran, Dee berhasil menuturkan dengan baik kisah Bodhi. Dee juga menyisipkan kalimat – kalimat humor dalam Akar, seperti, “Dan Dieth, bau badanmu pun ternyata sungguh tak sedap. Pada satu titik aku merasa pusing hingga kuputuskan untuk tidur. Aku bermimpi dimasak dalam sop bawang.”

Secara keseluruhan, Akar sangatlah worthed untuk dibaca. Layoutnya baik. Dengan material kertas impor berwarna kuning langsat yang cukup baik, tulisan yang jelas, beberapa ilustrasi tentang simbol – simbol dalam tato, ditambah kemampuan Dee untuk menyedot pembacanya ke dalam kisah yang ia tuturkan, membuat Akar menarik untuk dibaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Please mind your words before comment^^